BADAI SEORANG SANTRI


            Gemerciknya air sungai yang mengalir, ikan–ikan yang menari-nari, serta burung-burung yang menyanyi di dedaunan, membawa diriku kedalam lautan keindahan.
Kutatapi makhluk-makhluk yang saling mengikat dedaunan yang jatuh. Diriku pun berfikir, apakah semua ini dibuat oleh presiden ataukah nenek moyang dahulu kala .  
“Nazla kenapa kamu disitu, sudah sore sana pulang, ndak baik anak perempuan melamun di sore hari  pamali” Budhepun membuyarkan kotak-kotak yang sudah aku buat dalam otakku.
“iya Budhe sebentar saya masih menunggu Abah” jawabku
Sejak kecil aku ditinggal ibuku, beliau meninggalkan kami untuk mencari nafkah ke luar negeri.Hanya ada Abah dan kakaklah yang selalu menemaniku disetiap waktu.
‘itu Abahmu dah pulang, ayo pulang”
“iya budhe”
Kala senja tiba kami pun pulang.

            Menginjak usiaku 12 tahun aku pun berfikir setelah lulus aku berniat mencari ilmu ke pondok, karena hidupku selalu dibayang-bayangi tentang ketuhanan.
“Nazla katanya kamu mau ke pondok ya? kebetulan pak guru punya brosur” pak gurupun mengambil sesuatu dari sakunya.
“Nich, kamu besok sudah bisa kesana” pak guru pun pergi meninggalkanku sendiri.
Setelah aku buka brosur itu, tiba-tiba ada sesuatu yang menarikku seperti magnet yang menancap di pikiranku.
“Abah, abah lihat ini. Nazla dikasih sesuatu dari pak guru” aku berlari menuju abah yang sedang memberi makan sapi.
“apa ini nduk?” Tanya abah.
“ini brosur dari pak guru, Nazla ingin ke pondok ini abah”
“Ah, tidak usah. abah tidak punya biaya, lagian mencari ilmu itu tidak harus ke pondok”  
Abah pun berlalu dan meninggalkan diriku.
“Abah jahat, abah tidak sayang lagi sama nazla” sambil menangis aku pun berlari menuju ke kamar.
Akhirnya dengan berat hati abah pun mengabulkanya.         
“ya sudah kamu boleh kesana”
“Alhamdulillah, yang benar abah? asyik aku boleh ke pondok” diriku yang sorak gembira langsung terhenti dengan kedatangan abah.
“kamu harus janji selama kamu disana tidak boleh macam-macam”
“nazla janji abah”
            Tanggal 16 juli 2002 aku pun dinobatkan sebagai santri di pondok itu. Ternyata semuanya jauh berbeda dari yang aku fikirkan, kenyataannya hidup di pondok tidaklah semudah yang ku bayangkan. Dipondok itu aku dididik dengan keras sebagaimana pendidikan Para Bintara Yang mana pengurusnya memperlakukan santrinya dengan tidak manusiawi.
Pada suatu hari aku melanggar salah satu peraturan yang ada di pondok itu, yaitu melanggar bahasa. Sebagai muttajawizul lughah.akupun dihukum CLA(Central Language Advisory).
“Irfa’ rijluki yaa Nazla”
“cueplesss” tebalnya kayu itu pun menampar lenganku dan pahaku.
“Ya Allah turunkan manusia yang lebih dzalim dari pada manusia ini supaya hamba-Mu ini  cepat kembali pada kepada-Mu” ucap batinku.
“Do you know what’s your fault ?”
“I am sorry sir, I have collided with this CLA” jawabku
“Ok, you have to increase your language “
Aku dan teman-teman disuruh kembali ke asrama masing-masing.
            6 bulan aku hidup di pondok itu, aku pun di baiat menjadi anggota jamaah di pondok itu. Jamaah  bagi orang-orang yang ingin bertemu dengan Tuhan atau dikenal dengan  “ma’rifat billah”. Bahwa sebagai jamaah tidak boleh melakukan ibadah selain yang ditetapkan dalam jamaah itu. Seperti harus mengikuti mujahadah semalam suntuk dengan menyembah Imam Mahdi,mengikuti Puji Wali Kutub menjalankan Sholat Rebo Wekasan, dan masih banyak ajaran-ajaran yang aku tidak pahami.
4 tahun pun berlalu dan kutemukan ada sesuatu yang ganjal di pondok ini, setiap ada Pengajian akbar, Pak Kyai mengatakan bahwa dirinya seorang IMAM MAHDI.
Kala pagi buta Akhi Amir memanggilku.
“Ukhti Nazla dipanggil Romo Kyai “akupun kaget, selama ini Pak Kyai tidak pernah memanggil sanri putri untuk bertemu di dalem.
Otakku pun tegang tanpa berfikir panjang, aku langsung turun dan menuju dalem.
“assalamu’alaikum”
“walaikum salam, masuk silahkan duduk” Romo pun mempersilahkan aku duduk.
“Nduk kamu tahu kenapa kamu kupanggil ke sini” Tanya Romo sambil menghisab benda berhala yang panjangnya 9cm terselip ditengah jari telunjuk dan jari tengahnya .
“Ngapunten Romo, saya tidak tahu” jawabku sambil ketakutan, Romo Kyai pun memegang tanganku .
“Romo kyai ada apa ini?” tanyaku dengan terperanjat.
“Aku ini Imam Mahdi, jadi kamu harus patuh dan tunduk kepadaku”
“maaf  romo, apakah saya melakukan kesalahan sehingga romo memanggil saya?”
“ tidak ada aku hanya ingin bilang, kalau kamu harus menjadi istriku yang kedua”
Serentak darah yang mengalir ke otakku semakin derasnya, jantungku bagaikan bom mesiu yang siap diledakkan.
“maaf Romo bukannya saya tidak patuh, tapi saya tidak pantas untuk menerima semua ini. saya……ugh.” Romo menjabat tanganku dengan keras dan tidak tahu mantra apa yang yang telah dilafalkannya sehingga diriku bagaikan orang linglung yang siap untuk diisi peluru-peluru kekafiran dalam hati dan otakku.
“ Dengan nama Nur Muhammad aku jadikan si Nazla menjadi istriku dan tunduk kepadaku dengan maskawin 300rb, maka terimalah sesembahanku ini.
“saya terima menjadi istri imam mahdi dan akan selalu tunduk dan patuh kepadanya”
Kyai pun melepaskan tanganku .
“ ya sudah sekarang kamu kembali ke asrama”

“iya Romo” aku pun kembali ke asrama dengan beribu-ribu pertanyaan dalam otakku.
Malam pun tiba “Ya Allah apakah aku benar-benar telah menikah dengan RomoKyai” hatiku menjerit dan sepertinya tidak menerima Romo kyai menjadi suamiku. Yang mana umurnya jauh lebih tua dari umurku. Yaitu 68 tahun sedangkan aku berumur 15 tahun
‘my sister what happen with you , till your eyes are full with tears” ummi pun bertanya
Aku pun tak menjawabnya, dalam hatipun berdo’a “apa yang harus hamba lakukan Ya Allah … tunjukkan kunci kebenaranmu, bukalah cahaya hati dan pikiranku” kemudian aku pun tidur.
“ Nazla cucukku, janganlah kau bersedih jangan takut akan kekafiran agamamu”
“kamu siapa ?” tanyaku dalam ketakutan
“jangan takut aku akan membantumu, sekarang pegang tanganku”
Aku terkejut dengan apa yang ada di depan mataku.
“ Ya Allah ternyata Romo Kyai adalah wujud dari syaitan”
Aku pun sontak bangun dari tidurku “apakah semua ini benar-benar terjadi” aku bergegas memgambil air wudhu, ternyata benar yang dikatakan kakek tadi, aku telah menikah dengan syaitan.
            Pagi pun datang, lagi-lagi aku dipanggil Romo Kyai. Tanpa berfikir panjang aku datang ke dalem. Romo pun langsung menjabat tanganku  dan berkata,
“ aku merindukanmu wahai istriku, sering-seringlah kamu datang ke dalem. Aku melihat pancaran cahaya yang bersinar dari dirimu, pancaran yang tidak aku temukan dari beribu-ribu santri yang ada di sini”
Hatiku yang dulu sedingin es tibu-tiba menjadi lautan api yang menyala-nyala,
“ iya Romo “jawabku dengan santai tapi darahku mendidih kemudian.
“ya sudah sana kembali ke asrama”
Aku pun keluar dengan hati yang disayat-sayat, mata yang dulu tenang kini menjadi tsunami yang membanjiri pipiku. “Ya Illahi beginikah takdirku”
            2 hari berturut-turut  aku pun tidak makan, minum bahkan bicara , semua santripun heran dengan sikap dinginku . Tanpa berfikir panjang aku pergi ke asrama ustadzah.
“assalamu’alaikum”
“walaikum salam”
“ yaa ustadzatii hal istato’tu an nasta’mila hadzal haatif?”
“ na’am ’li ayyi sayyi’in yaa nazla?”
“sa’urtu ghoiru jayyidan fii kolbii”
“ toyyib taffadholii,”
“Sukron yaa ustadzah”
“’afwan”
Aku pun menelepon abah “assalamu’alaikum”
“walaikum salam”
“abah nazla ingin pulang, nazla sudah tidak kuat dengan semua ini”
“ kenapa nduk, apa yang terjadi?” Tanya abah
“pokoknya nazla mau pulang”
“ ya sudah besok ayah jemput”
 

            Akhirnya 1 bulan berlalu, aku pun bisa lepas dari kehidupan di pondok itu. Aku meminta abah untuk pergi ke pondok salaf, mungkin di sanalah aku menemukan jiwa seorang santri sesungguhnya, Tapi itu hanyalah buaian-buaian sesaat. Selama aku di pondok salaf, aku selalu mendapat ujian yang sangat menyedihkan. Cercaan demi cercaan terdengar di telingaku, bukan hanya sakit jiwaku tapi batinku pun ikut tertindas .
Tidak tahu dari mana mereka mengetahui tentang riwayat hidupku selama di pondok. Aku yakin badai pasti berlalu. kesabaran, keimanan serta ketaukhitanlah yang harus aku tanamkan dalam diriku.
2tahun pun berlalu,langit yang hitam kini menjadi biru. Inilah waktu perjuangan yang akan membawaku menuju perubahan baru. Kutelusuri jalan yang berliku , mencari sesuatu yang tiada pasti. Kutemukan secercah harapan yang tersimpan dalam relung hidupku. Walaupun hanya sekecil lentera. Ternyata kehidupan itu tidak selamanya di bawah, tertindas dan terkoyah. Semua itu pasti bisa kita rubah dengan keyakinan. Bahwa seharusnya keraguan itu tidak tertanam dalam pikiran dan hati, karena keraguan itulah yang akan membawa kita ke dalam penyesalan sejati.    
                                                                                                                       @Z-ZHA WA
          facebook klik disinihttps://www.facebook.com/achie88yazid
          twitter  klik disini https://twitter.com/

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

2 komentar

komentar
29 Desember 2012 pukul 14.16 delete

bait dan cerita yang sangat menarik. jokkaki ko di blogkhu backline artikelprofesikesehatandotblospotdotcom. maaf low nulisnya gak bener allnya takut nnti di indeks ma om google. jadi lengkapin ajha yach!!!

Reply
avatar
16 Januari 2013 pukul 01.26 delete

itu kissah nyata Juniorq..........

Reply
avatar