Maulid Nabi : Kenapa Nabi Muhammad SAW Orang Arab?
Musim maulid seperti ini banyak sekali ceramah yang mengupas tentang
kisah lahirnya Nabi Muhammad SAW. Ada satu pertanyaan menggelitik saat
membahas tentang kelahiran beliau, yaitu apa rahasia dan hikmah dibalik
takdir Allah SWT menetapkan bahwa Nabi dan Rasul terakhir yang
risalahnya berlaku untuk seluruh umat manusia, harus beruwujud seorang
Arab, yaikni berbangsa dan juga berbahasa Arab. Kenapa bukan orang Eropa
saja, atau Cina, atau Afrika, atau juga orang Betawi? Kenapa Allah SWT
memilih untuk menurunkan risalah abadi dan universal itu di tanah Arab?
Memangnya apa sih keistimewaan Jazirah Arabia itu? Pernyataan ini
cukup menggeletik rasa ingin tahu kita, mengingat saat ini negeri Arab
justru menjadi pusat konflik bersenjata international. Negeri yang tidak
pernah sepi dari huru-hara dan kerusuhan. Kalau kita kaitkan dengan
visi misi Islam yang salah satunya adalah rahmatan llil-alamin, rasanya
kok rada kehilangan makna. Sesungguhnya sudah ada banyak kajian
tentang hal ini, salah satu apa yang ditulis oleh Dr. Said Ramadhan
Al-Buthi dan beberapa ulama lainnya. Al-Buthi menegaskan bahwa turunnya
Islam pertama di negeri arab bukan sekedar kebetulan. Juga bukan semata
karena di sana ada tokoh paling jahat semacam Abu Jahal cs. Namun ada
sekian banyak skenario samawi yang akhir-akhir ini mulai terkuak. Kita
di zaman sekarang ini akan menyaksikan betapa rapi rencana besar dan
strategi Allah jangka panjang, sehingga pilihan untuk menurunkan risalah
terakhir-Nya memang negeri Arabia. Apa yang disebutkan Al-Buthi itu
benar. Negeri Arab yang meski tandus, tidak ada pohon dan air, namun
negeri ini menyimpan banyak alasan untuk mendapatkan kehormatan itu.
Saya mencoba menuliskan beberapa alasan rabbani dan hikmah itu, di
antaranya yang bisa kita gali adalah: 1. Di Jazirah Arab Ada Rumah Ibadah Pertama
Tanah Syam (Palestina) merupakan negeri para nabi dan rasul. Hampir
semua nabi yang pernah ada di tanah itu. Sehingga hampir semua agama
dilahirkan di tanah ini. Yahudi dan Nasrani adalah dua agama besar dalam
sejarah manusia yang dilahirkan di negeri Syam. Namun sesungguhnya
rumah ibadah pertama di muka bumi justru tidak di Syam, melainkan di
Jazirah Arabia. Yaitu dengan dibangunnya rumah Allah (Baitullah) yang
pertama kali di tengah gurun pasir jazirah arabia. Rumah ibadah pertama
itu menurut riwayat dibangun jauh sebelum adanya peradaban manusia.
Adalah para malaikat yang turun ke muka bumi atas izin Allah untuk
membangunnya. Lalu mereka bertawaf di sekeliling ka`bah itu sebagai
upaya pertama menjadikan rumah itu sebagai pusat peribadatan umat
manusia hingga hari kiamat menjelang. Ketika Adam as diturunkan ke muka
bumi, beliau diturunkan di negeri yang sekarang dikenal dengan India.
Sedangkan isterinya diturunkan di dekat ka`bah. Lalu atas izin Allah
keduanya dipertemukan di Jabal Rahmah, beberapa kilometer dari tempat
dibangunnya ka`bah. Maka jadilah wilayah sekitar ka`bah itu sebagai
tempat tinggal mereka dan ka`bah sebagai tempat pusat peribadatan umat
manusia. Dan di situlah seluruh umat manusia berasal dan di tempat itu
pula manusia sejak dini sudah mengenal sebuah rumah ibadah. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT: Sesungguhnya rumah yang pertama
dibangun untuk manusia beribadah adalah rumah yang di Bakkah (Makkah)
yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi manusia. (QS. Ali Imran: 96)2. Jazirah Arabia Adalah Posisi Strategis
Bila kita cermati peta dunia, kita akan mendapati adanya banyak benua
yang menjadi titik pusat peradaban manusia. Dan Jazirah Arabia terletak
di antara tiga benua besar yang sepanjang sejarah menjadi pusat
peradaban manusia. Sejak masa Rasulullah SAW, posisi jazirah arabia
adalh posisi yang strategis dan tepat berada di tengah-tengah dari pusat
peradaban dunia. Bahkan di masa itu, bangsa Arab mengenal dua jenis
mata uang sekaligus, yaitu dinar dan dirham. Dinar adalah jenis mata
uang emas yang berlaku di Barat yaitu Romawi dan Yunani. Dan Dirham
adalah mata uang perak yang dikenal di negeri timur seperti Persia.
Dalam literatur fiqih Islam, baik dinar maupun dirham sama-sama diakui
dan dipakai sebagai mata uang yang berlaku. Ini menunjukkan bahwa
jazirah arab punya akses yang mudah baik ke barat maupun ke timur.
Bahkan ke utara maupun ke selatan, yaitu Syam di utara dan Yaman di
Selatan. Dengan demikian, ketika Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan
diperintahkan menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, sangat
terbantu dengan posisi jazirah arabia yang memang sangat strategis dan
tepat berada di pertemuan semua peradaban. Kita tidak bisa membayangkan
bila Islam diturunkan di wilayah kutub utara yang dingin dan jauh dari
mana-mana. Tentu akan sangat lambat sekali dikenal di berbagai peradaban
dunia. Juga tidak bisa kita bayangkan bila Islam diturunkan di
kepulauan Irian yang jauh dari peradaban manusia. Tentu Islam hingga
hari ini masih mengalami kendala dalam penyebaran. Sebaliknya, jazirah
arabia itu memiliki akses jalan darat dan laut yang sama-sama
bermanfaat. Sehingga para dai Islam bisa menelusuri kedua jalur itu
dengan mudah. Sehingga di abad pertama hijriyah sekalipun, Islam sudah
masuk ke berbegai pusat peradaban dunia. Bahkan munurut HAMKA, di abad
itu Islam sudah sampai ke negeri nusantara ini. Dan bahkan salahseorang
shahabat yaitu Yazid bin Mu`awiyah ikut dalam rombongan para dai itu ke
negeri ini dengan menyamar. 3. Kesucian Bangsa Arab
Stigma yang selama ini terbentuk di benak tiap orang adalah bahwa orang
arab di masa Rasulullah SAW itu jahiliyah. Keterbelakangan teknologi dan
ilmu pengetahuan dianggap sebagai contoh untuk menjelaskan makna
jahiliyah. Padahal yang dimaksud dengan jahiliyah sesungguhnya bukan
ketertinggalan teknologi, juga bukan kesederhanaan kehidupan suatu
bangsa. Jahiliyah dalam pandangan Quran adalah lawan dari Islam. Maka
hukum jahiliyah adalah lawan dari hukum Islam. Kosmetik jahiliyah adalah
lawan dari kosmetik Islam. Semangat jahiliyah adalah lawan dari
semangat Islam. Bangsa arab memang sedikit terbelakang secara teknologi
dibandingkan peradaban lainnya di masa yang sama. Mereka hidup di gurun
pasir yang masih murni dengan menghirup udara segar. Maka berbeda
dengan moralitas maknawiyah bangsa lain yang sudah semakin terkotori
oleh budaya kota, maka bangsa arab hidup dengan kemurnian niloai
kemanusiaan yang masih asli. Maka sifat jujur, amanah, saling
menghormati dan keadilan adalah ciri mendasar dari watak bangsa yang
hidup dekat dengan alam. Sesuatu yang telah sulit didapat dari bangsa
lain yang hidup di tengah hiruk pikuk kota. Sebagai contoh mudah,
bangsa Arab punya akhlaq mulia sebagai penerima tamu. Pelayanan kepada
seorang tamu yang meski belum dikenal merupakan bagian dari harga diri
seorang arab sejati. Pantang bagi mereka menyia-nyiakan tamu yang
datang. Kalau perlu semua persediaan makan yang mereka miliki pun
diberikan kepada tamu. Pantang bagi bangsa arab menolak permintaan orang
yang kesusahan. Mereka amat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
yang paling dasar. Ketika bangsa lain mengalami degradasi moral seperti
minum khamar dan menyembah berhala, bangsa arab hanyalah menjadi korban
interaksi dengan mereka. 360 berhala yang ada di sekeliling ka`bah
tidak lain karena pengaruh interaksi mereka dengan peradaban barat yang
amat menggemari patung. Bahkan sebuah berhala yang paling besar yaitu
Hubal, tidak lain merupakan sebuah patung yang diimpor oleh bangsa Arab
dari peradaban luar. Maka budaya paganisme yang ada di arab tidak lain
hanyalah pengaruh buruk yang diterima sebagai imbas dari pergaulan
mereka dengan budaya romawi, yunani dan yaman. Termasuk juga minum
khamar yang memabukkan, adalah budaya yang mereka import dari luar
peradaban mereka. Namun sifat jujur, amanah, terbuka dan menghormati
sesama merupakan akhlaq dan watak dasar yang tidak bisa hilang begitu
saja. Dan watak dasar seperti ini dibutuhkan untuk seorang dai, apalagi
generasi dai pertama. Mereka tidak pernah merasa perlu untuk memutar
balik ayat Allah sebagaimana Yahudi dan Nasrani melakukannya. Sebab
mereka punya nurani yang sangat bersih dari noda kotor. Yang mereka
lakukan adalah taat, tunduk dan patuh kepada apa yang Allah perintahkan.
Begitu cahaya iman masuk ke dalam dada yang masih bersih dan suci, maka
sinar itu membentuk proyeksi iman yang amal yang luar biasa. Berbeda
dengan bani Israil yang dadanya sesat dengan noda jahiliyah, tak satu
pun ayat turun kecuali ditolaknya. Dan tak satu pun nabi yang datang
kecuali didustainya. Bangsa Arab tidak melakukan hal itu saat iman
sudah masuk ke dalam dada. Maka ending sirah nabawiyah adalah ending
yang paling indah dibandingkan dengan nabi lainnya. Sebab pemandangannya
adalah sebuah lembah di tanah Arafah di mana ratusan ribu bangsa arab
berkumpul melakukan ibadah haji dan mendengarkan khutbah seorang nabi
terakhir. Sejarah rasulullah berakhir dengan masuk Islamnya semua bangsa
arab. Bandingkan dengan sejarah kristen yang berakhir dengan
terbunuhnya (diangkat) sang nabi. Atau yahudi yang berakhir dengan
pengingkaran atas ajaran nabinya. Hanya bangsa yang hatinya masih
bersih saja yang mampu menjadi tiang pancang peradaban manusia dan titik
tolak penyebar agama terakhir ke seluruh penjuru dunia. 4. Faktor Bahasa
Sudah menjadi ketetapan Allah SWT untuk mengirim nabi dengan bahasa
umatnya. Agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi antara nabi dan
umatnya. Namun ketika semua nabi telah terutus untuk semua elemen umat
manusia, maka Allah menetapkan adanya nabi terakhir yang diutus untuk
seluruh umat manusia. Dan kelebihannya adalah bahwa risalah yang dibawa
nabi tersebut akan tetap abadi terus hingga selesainya kehidupan di muka
bumi ini. Untuk itu diperlukan sebuah bahasa khusus yang bisa
menampung informasi risalah secara abadi. Sebab para pengamat sejarah
bahasa sepakat bahwa tiap bahasa itu punya masa eksis yang terbatas.
Lewat dari masanya, maka bahasa itu akan tidak lagi dikenal orang atau
bahkan hilang dari sejarah sama sekali. Maka harus ada sebuah bahasa
yang bersifat abadi dan tetap digunakan oleh sejumlah besar umat manusia
sepanjang masa. Bahasa itu ternyata oleh pakar bahasa adalah bahasa
arab, sebagai satu-satunya bahasa yang pernah ada dimuka bumi yang sudah
berusia ribuan tahun dan hingga hari ini masih digunakan oleh sejumlah
besar umat manusia. Dan itulah rahasia mengapa Islam diturunkan di arab
dengan seorang nabi yang berbicara dalam bahasa arab. Ternyata bahasa
arab itu adalah bahasa tertua di dunia. Sejak zaman nabi Ibrahim as
bahasa itu sudah digunakan. Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa
bahasa arab adalah bahasa umat manusia yang pertama. Logikanya
sederhana, karena ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa bahasa ahli
surga adalah bahasa arab. Dan asal-usul manusia juga dari surga, yaitu
nabi Adam dan isterinya Hawwa yang keduanya pernah tinggal di surga.
Wajar bila keduanya berbicara dengan bahasa ahli surga. Ketika keduanya
turun ke bumi, maka bahasa kedua `alien` itu adalah bahasa arab, sebagai
bahasa tempat asal mereka. Dan ketika mereka berdua beranak pinak,
sangat besar kemungkinannya mereka mengajarkan bahasa surga itu kepada
nenek moyang manusia, yaitu bahasa arab. Sebagai bahasa yang tertua di
dunia, wajarlah bila bahasa arab memiliki jumlah kosa kata yang paling
besar. Para ahli bahasa pernah mengadakan penelitian yang menyebutkan
bahwa bahasa arab memiliki sinonim yang paling banyak dalam penyebutan
nama-nama benda. Misalnya untuk seekor unta, orang arab punya sekitar
800 kata yang identik dengan unta. Untuk kata yang identik dengan anjing
ada sekitar 100 kata. Maka tak ada satu pun bahasa di dunia ini yang
bisa menyamai bahasa arab dalam hal kekayaan perbendaharaannya. Dan
dengan bahasa yang lengkap dan abadi itu pulalah agama Islam
disampaoikan dan Al-Quran diturunkan. 5. Arab Adalah Negeri Tanpa Kemajuan Material Sebelumnya
Seandainya sebelum turunnya Muhammad SAW bangsa arab sudah maju dari
sisi peradaban materialis, maka bisa jadi orang akan menganggap bahwa
Islam hanyalah berfungsi pada sisi moral saja. Orang akan beranggapan
bahwa peradaban Islam hanya peradaban spritualis yang hanya mengacu
kepada sisi ruhaniyah seseorang. Namun ketika Islam diturunkan di
jazirah arabia yang tidak punya peradaban materialis lalu tiba-tiba
berhasil membangun peradana materialis itu di seluruh dunia, maka
tahulah orang-orang bahwa Islam itu bukanlah makhluq sepotong-sepotong.
Mereka yakin bahwa Islam adalah sebuah ajaran yang multi dimensi. Islam
mengandung masalah materi dan rohani. Ketika sisi aqidah dan fikrah
bangsa Arab sudah tertanam dengan Islam, ajaran Islam kemudian mengajak
mereka membangun peradaban materialis yang menakjubkan dalam catatan
sejarah manusia. Pusat-pusat peradaban berhasil dibangun bangsa-bangsa
yang masuk Islam dan menjadikan peradaban mereka semakin maju.
Logikanya, bila di tanah gersang padang pasir itu bisa dibangun
peradaban besar dengan berbekal ajaran Islam, maka tentu membangun
peradaban yang sudah ada bukan hal sulit.