MELATIH DIRI MELAWAN HAWA NAFSU

MELATIH DIRI MELAWAN HAWA NAFSU



Sebelum ceramah ini saya samapikan, terlebih dahulu saya berwasiat kepada diri saya pribadi dan kepada segenap hadirin yang terhormat, marilah kita bersama-sama untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Allah SWT telah menciptakan dua hal yang ada pada manusia, yang sepanjang masa tidak akan pernah bertemu pada satu titik. Dua hal tersebut adalah nafsu dan akal atau nurani. Nurani merupakan ciptaan yang mengajak manusia kepada nilai kebaikan dan surga, sedangkan hawa nafsu merupakan ciptaan yang mempengaruhi mereka kepada kejahatan dan neraka. Dua ciptaan itu dijadikan fitrah bagi manusia sebagai ujian, akan ke mana manusia menentukan arah kehidupan yang menjadi tujuannya.
Sebagai manusia normal, tentu mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan, antara pahala dan dosa. Manusia juga tentu lebih menyukai kebaikan dan ingin menjauhi keburukan. Akan tetapi kehidupan manusia acap kali berbeda dengan idealisme yang semestinya. Betapapun menyadari bahwa sebuah keburukan akan mendatangkan akibat buruk bagi pelakunya.
Memerangi dan mengendalikan hawa nafsu di dalam islam diistilahkan dengan ”jihad islam”. Atau pertempuran besar.  Sebagaimana dilukiskan oleh Rasulullah SAW, ketika beliau dan para sahabatnya usai melaksanakan suatu pertempuran.



Artinya “ kalian semua pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran besar. Lalu ditanyakan kepada Rasulullah Saw, apakah pertempuran besar itu wahai Rasulullah? Maka beliau menjawab “ Pertempuran melawan hawa nafsu”.
Melihat hadits di atas, maka di dalam upaya melawan hawa nafsu membutuhkan kesiapan yang sungguh-sungguh. Karena nafsu telah menyatu dengan diri kita dan selalu tahu kapan diri kita lengah.  Dan sekali saja kita dikalahkannya, nafsu akan terus merengsek menguasai diri kita, memperdaya dan mempermainkan kita, sehingga kita akan kehilangan jati diri serta limbung tanpa daya.
Keadaan yang terlihat sekarang ini menunjukkan bahwa banyak sekali sudut kehidupan manusia yang telah dikuasai oleh nafsu. Kasus-kasus kejahatan, asusila, penjungkiran nilai, pemaksaan hak, kesewenang-wenang, korupsi dan lain sebagainya, hampir merupakan sajian rutin setiap hari pada media massa. Belum lagi, kasus-kasus lain yang tidak diketahui oleh media cetak maupun elektronik, yang boleh jadi lebih banyak jumlahnya.
Di sisi lain, orang yang memiliki komitmen tinggi terhadap moral dan nilai kian tersingkir oleh opini umum sebagai symbol ketertinggalan atau bahkan radikalisme. Sehingga kian tidak mendapatkan tempat, atau paling tidak terasing dari pergaulan. Kesemuanya itu membuat umat Islam semakin berhadapan dengan pilihan sulit dalam menentukan langkah.




Hadirinnnnnnnnnnnnnn
Menghadapi kondisi yang demikian itu, maka kita sebagai umat Islam harus memiliki kiat khusus, agar tidak ikut terseret oleh hal-hal yang berpijak dari hawa nafsu, namun tidak terpinggirkan oleh lingkungan.
Rasulullah SAW dalam salah satu hadits menytakan ;


Artinya ‘ Bahwasanya kehancuran umatku karena menuruti hawa nafsu, senang dipuji dan cinta dunia’
Hadits di atas hendaknya bisa  kita jadikan pijakan pertama dalam segala hal. Artinya, tidak ada kebaikan yang berangkat dari hawa nafsu, betapapun kita merasakan sebagai sebuah kepuasan dan memperoleh keuntungan materiil darinya.
Kecenderungan nafsu hanya mengantarkan kepada kepuasan sesaat, kemudian ia meninggalkan kita begitu saja setelah kita termakan oleh bujukannya. Hal ini sebagaimana terlukis dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr:16-17




(Bujukan orang-orang yang munafik itu adalah)seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia, ‘kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu telah  kafir ia berkata “sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam,”. Maka adalah kesudahan keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang zalim”.
Demikianlah ulah hawa nafsu yang akan mempengaruhi manusia untuk menjerumuskan kelak di neraka. Selanjutnya, marilah kita melatih diri secara bertahap dengan mendasarkan segala sikap dan tindakan kepada nurani kita. Insya Allah pada saatnya kita dapat terlepas dari bujukan setan dan hawa nafsu.
Imam Al-Bushira menggambarkan nafsu sebagaimana tertulis di dalam kitab Al-Burdah :
“nafsu itu ibarat bocah kecil, kalau dibiarkan akan tetap suka menetek walau sudah besar, namun kalau kau sapih, ia akan berhenti dengan sendirinya”.
Semoga kita termasuk golongan hamba Allah SWT yang mampu menahan hawa nafsu, betapapun kuat dan ampuh jerat serat rayunya. Amin.

klik disinifacebook
klik disini twitter 
vidio klik disini  vidio

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »