’’Munculnya banyak calon, saya baca ada 36 calon versi Majalah
Indonesia 2014, baik yang sudah mendeklarasikan maupun yang kampanye
terselubung, bagi saya itu baik bagi demokrasi. Kalau banyak anak bangsa
yang ingin pimpin negeri ini, jadi lebih banyak pilihan bagi rakyat,’’
jelas SBY di Hotel Borobudur kemarin (15/1).
Meski begitu, dia menuturkan, rakyat harus bisa memilih secara
objektif. Rakyat juga harus mengetahui serta mengenali calon yang
dipilih dengan melihat integritas, kapasitas, sampai track record-nya.
’’Jangan seperti pilih kucing dalam karung. Bagusnya, rakyat juga tahu
siapa yang dipilih. Media massa juga jangan tebang pilih. Berikan ruang
untuk perkenalkan masing-masing calon,’’ tuturnya.
Sebab, lanjut SBY, pilpres menerapkan sistem pemilihan langsung.
Menurut dia, sistem semacam itu memiliki sejumlah tantangan. Salah
satunya, kandidat capres harus lebih dikenal rakyat. Di samping itu, ada
yang berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Yakni, tidak adanya calon incumbent yang bakal maju dalam Pilpres 2014.
’’Suka atau tidak suka, ini (sistem) yang kita pilih. Model seperti
ini sudah dua kali diterapkan pada dua pemilu sebelumnya. Menurut
lembaga internasional, pemilu dengan sistem seperti ini bisa berlangsung
fair dan demokratis. Tapi, saya ingatkan, dengan sistem ini,
kandidat harus dikenal rakyat. Yang jelas, medan politik akan luas
sekali,’’ lanjutnya.
Selain menyoroti sistem, SBY mengingatkan partai politik terkait
dengan cara berkampanye. Dia memaparkan, sebaiknya kampanye dengan
melibatkan ratusan ribu orang mulai dikurangi. Tidak hanya itu, presiden
keenam RI itu menyarankan agar pihak-pihak yang berkampanye tidak
menggunakan konser-konser dangdut demi menarik perhatian rakyat. Sebab,
kampanye-kampanye yang melibatkan ratusan ribu orang juga bakal
menghabiskan dana yang tidak sedikit.
’’Sebaiknya dikurangi dan diganti kampanye-kampanye dengan massa
seribu atau dua ribu di ruangan tertutup. Yang penting media massa mau
menyiarkan. Yang penting rakyat mendengar. Daripada ratusan ribu malah
tidak didengar, malah minta air, seperti di konser-konser dangdut itu.
Tapi, bukan dilarang barangkali, hanya dibatasi oleh KPU,’’ ungkapnya.
SBY juga menyinggung debat antar-capres dan cawapres. Dia menekankan,
sebaiknya acara debat dibikin lebih terarah, fokus, dan relevan dengan
tugas presiden dan wakil presiden. Selain itu, KPU harus mengajak rakyat
untuk ikut menonton acara debat tersebut. SBY mencontohkan acara debat
dua kandidat presiden Amerika Serikat, Mitt Romney dan Barack Obama.
’’Sebagaimana di Amerika Serikat, acara debat Obama juga ratusan yang
nonton. Setelah menyimak, rakyat diajak mendengarkan bukan visi yang
umum, tapi menyangkut soal solusi dan apa yang akan dilakukan jika
terpilih. Pertanyaannya juga harus rinci. Misalnya, seputar ekonomi,
korupsi, pendidikan, sampai toleransi,’’ paparnya.
Meski begitu, tambah dia, pihaknya akan mendukung siapa pun yang
terpilih menjadi presiden. ’’Kita harus beri dukungan ketika yang
bersangkutan mulai menjalankan roda kepemimpinan. Sebab, akan sangat
berat, apalagi kalau ada pihak yang mengganggu atau ingin menjatuhkan,’’
tegasnya. (ken/c5/nw)